Apa LDR ini worth it ? atau Aku saja yang terlalu naif untuk bertahan... tapi nyatanya hanya buang-buang waktu ? Apa ini cinta ? atau nafsu, atau cuma pride punya pacar bule ? atau bahkan ini cover/ pelarianku untuk “kabur” dari situasi yang aku hadapi atau malah aku ini mengidap “Yellow Fever” ?
Lalu,
Sudah siapkah aku menikah ? Dengan orang asing ?
Bertemu saja jarang, jangankan setiap malam minggu, setiap bulanpun belum tentu bahkan untuk kasus teman-teman lain bertemu saja belum.
Kemudian,
Bagaimana cara mendapatkan restu orang tua ? Si Pria saja tidak bisa bicara satu bahasa dengan orangtua.
Terus.. Masalah beda Agama yang selalu menjadi momok dan terlalu megerikan untuk dibahas!
hmmm entahlah, lelah…
hmmm entahlah, lelah…
Pertanyaan - pertanyaan yang selalu seliweran di otak yang bikin pusing 100 keliling ya, tapi ini aku bantu jawab. Jawabannya…
“Gak ada, kalau kita enggak berusaha untuk menemukan jawaban itu sendiri”
Butuh sekitar 5 tahun untuk aku jawab itu semua. Aku cukup beruntung karena ras dan warga negara tidak pernah menjadi penghalang restu tapi aku dan orangtua sama-sama mengerti dan paham kalau memang akan serius dan memutuskan untuk menikah ya harus seagama, itu bukan suatu pembahasan tapi keputusan yang berujung titik, tidak tertulis namun WAJIB hukumnya dan aku mengamini itu.
Menjadi mandiri & fokus dalam karir-pekerjaan mungkin 2 hal terbaik untuk mengalihkan kegalauan bagaimana kelanjutan hubungan ini dan masih bisa buat aku bilang "Santai aja, jalanin aja toh aku masih muda"
Tapi tahun ke-3 tiba-tiba kenaifan & kekuatan kata-kata "santai" itu hilang... Teman-teman sebaya sudah ramai sebar undangan pernikahan, "omongan" saudara yang sebenernya sudah ada dari hari pertama juga lama-lama buatku jengah dan itu pula yang membuat orangtuaku mulai bertanya "Kapan ?"
Bohong kalau tidak takut, bohong juga kalau bilang santai. Satu-satunya yang biasa orang lakukan adalah kasih "kode" ke pasangan... Well, orang bule susah bangeeeeet dikodein hahahahaha
Gengsi banget untuk bilang "kapan nikahin aku ?!?"
Meskipun berat dan susah mulainya, ceritalah aku ke Si Mas tentang bagaimana hebatnya pressure ketika perempuan belum menikah diusia yang cukup atau matang, jawaban Si Mas waktu itu cuma "hm, i see but you can't get married just because of your age or what people think about us" - dalam hatiku cuma "*DEG* Let's be real! aku gak akan nikah dalam beberapa tahun kedepan, i am still young, smart, have a good job so let's focus on my carrer"
Tapi Alhamdulillahnya setelah obrolan itu entah kenapa semua mengalir kearah yang lebih "jelas"..
Tanpa aku tahu si Mas sudah memulai perjalanannya mencari tahu apa itu Tuhan dan belajar meyakininya. Sekitar 1 setelahnya akhirnya dia memutuskan untuk menjadi Mualaf.
![]() |
Just engaged circa 2017, after 4 years of LDR |
Tanpa aku tahu si Mas sudah memulai perjalanannya mencari tahu apa itu Tuhan dan belajar meyakininya. Sekitar 1 setelahnya akhirnya dia memutuskan untuk menjadi Mualaf.
Cerita mualafnya Si Mas panjaaaang.. dan tulisan ini sudah cukup panjang untuk diterusin, mungkin next time lanjut lagi ya.
Well, intinya musti focus self-love dulu, cintai diri kita demi/ karena kita bukan karena orang lain, enggak perlu buru-buru kejar target, musti sabar dan realistis.
INGAT!!! Jangan kemakan "pride" punya pacar bule hahaha...
Bule juga manusia biasa kok, cuma sedikit beda warna kulit & bentuk hidung π mereka juga butuh waktu, kejelasan dan keyakinan. Jangan jadikan mereka sebagai "pride", tameng, pelarian atau bahkan jalan keluar buat masalah kita ya.
INGAT!!! Jangan kemakan "pride" punya pacar bule hahaha...
Bule juga manusia biasa kok, cuma sedikit beda warna kulit & bentuk hidung π mereka juga butuh waktu, kejelasan dan keyakinan. Jangan jadikan mereka sebagai "pride", tameng, pelarian atau bahkan jalan keluar buat masalah kita ya.
π AD
Comments
Post a Comment
Kindly share your thoughts here